Situs langar bubrah adalah Situs cagar budaya di Kabupaten Kudus. Sekilas mirip dengan Menara Kudus, bangunannya terdiri dari tumpukan batu bata merah yang tertata. Berikut ini saya menulis artikel tentang Situs Langgar Bubrah Di Kudus.
Namun, karena tidak utuh atau hancur, sehingga di namakan bubrah atau hancur. Langgar tersebut terletak di tengah-tengah rumah warga. Tepatnya di Dusun Tepasan, Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Untuk mengakses lokasi, kendaraan bisa di titipkan di area Menara Kudus lalu jalan kaki menyebrangi jalan, nantinya ada papan petunjuk dari BPCB. Untuk menyambangi situs ini tidak di pungut biaya alias gratis.
Sebuah situs sejarah sekaligus benda cagar budaya yang di miliki kota Kudus. Bentuknya hampir mirip dengan bangunan menara Kudus, namun nampak seperti tidak diselesaikan (bubrah).
Konon dulu menara Kudus rencananya akan di bangun di situ, namun akhirnya dipindah ke lokasi yang saat ini, jadi sisa bangunan tadi lah yang di sebut Langgar Bubrah (Masjid yang tidak jadi di bangun).
Situs Langgar Bubrah adalah sebuah bangunan cagar budaya yang berada di Desa Demangan, Kecamatan Kota Kudus, Jawa Tengah. Bangunan ini diyakini sebagai bekas masjid atau mushola yang didirikan oleh Sunan Kudus, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Bangunan ini memiliki arsitektur yang menggabungkan unsur-unsur Hindu dan Islam, seperti batu bata merah, lingga, yoni, dan atap joglo. Nama Langgar Bubrah atau Bubar berasal dari cerita rakyat yang mengatakan bahwa bangunan ini tidak selesai dibangun karena diketahui oleh orang lain, mirip dengan kisah Roro Jonggrang di Prambanan. Situs Langgar Bubrah merupakan salah satu destinasi wisata religi yang menarik di Kudus, selain Menara Kudus yang terkenal.
Situs Langgar Bubrah Di Kudus
Merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Kota Kudus. Ada dua versi mengenai asal-usul tempat ini. Versi pertama adalah tempat ini adalah bangunan menara yang gagal di bangun karena suatu sebab.
Alkisah Pangeran Pancawati ingin membuat menara untuk adzan dengan kekuatan gaib, dan akan di selesaikan dalam satu malam. Namun salah seorang wanita yang sedang menyapu memergokinya, sehingga terjadi kegagalan dalam membangun menara. Menara gagal di bangun, lalu sang wanita di kutuk menjadi arca batu.
Versi kedua yaitu tempat ini adalah sanggar pemujaan Hang Anggana, pendiri Kudus Kuno (Tajug) yang di bangun pada tahun 645 M. Terlihat jelas bekas lingga (yang pucuknya sudah hancur) dan yoni berbentuk lumpang besar dengan lubang kecil.
Terdapat Juga relief yang pada versi pertama di kira sebagai wanita penyapu yang di kutuk, yang sebenarnya adalah relief dewa siwa yang memegang trisula. Terdapat pula relief dewi sri, namun sudah tertutup semen oleh warga.
Sanggar pemujaan ini di tinggalkan seiring dengan banyaknya penduduk yang memeluk agama islam. Agaknya versi pertama lebih populer daripada versi kedua, walaupun terdengar tidak masuk akal.
Bangunan ini pada awalnya sebuah tempat pemujaan dalam agama Hindu Jawa,yang disebut ” Bancik-an “,dibangun di abad XV sekitar tahun 953 H/1533 M oleh Pangeran Pontjowati dari Kerajaan Majapahit yang ketika itu di beri sebuah tanah perdikan di area Kota Kudus oleh Majapahit.
Setelah masuknya Islam ke Kudus yang di bawa oleh salah satu Wali Songo, Sunan Kudus dan masyarakat sudah mulai memeluk agama Islam, konon kemudian tempat itu di jadikan sebagai tempat pertemuan para Wali.
Pangeran Pontjowati kemudian memeluk agama Islam setelah Sunan Kudus masuk ke kota Kudus dan beliau menjadi salah satu muridnya. Lalu Pangeran Pontjowati memperistri anak dari Sunan Kudus bernama Dewi Prodobinabar.
Baca juga : daun tembakau menjadi icon gerbang kota kudus
Situs sanggar bubrah peninggalan jaman perpaduan hindu budha di masa lampau di Kudus sebelum islam berkembang di situ. Itulah tulisan artikel tentang Situs Langgar Bubrah Di Kudus. Saya harapkan artikel ini dapat membantu anda dalam mencari informasi tentang Situs ini.